Jumat, 08 Januari 2010

Pendapat Para Ahli Fikir

Segala sesuatu kejadian dan aktivitas alam maupun manusia di bumi ini tidak lepas dari pengamatan para ahli dan ilmuwan. Para ahli ini banyak memberikan kotribusi ilmu dan pengetahuan kepada umat manusia di era berikutnya. Setiap pemikiran dan pendapat para ahli ini juga sering digunakan sebagai dasar hukum dalam mata pelajaran tertentu. Bahkan kadang pendapat dari salah satu ahli fikir sering pula menerima tanggapan dari ahli fikir lainnya. Mereka saling berpendapat menurut apa yang mereka telah kaji dan juga memberikan bukti-bukti untuk memperkuat argument mereka masing-masing. Setiap pendapat dan pemikiran mereka sangatlah berharga dan memberikan pencerahan kepada kita untuk lebih mencari arti dan makna dari semau kejadian yang ada di alam ini. Ada beberapa pendapat para ahli fikir yang cukup menarik untuk saya bagi sebagai tambahan ilmu yang mungkin menarik dan berguna.

1. Pythagoras ( 580-500 SM ), seorang ahli fikir yang hebat ini berpendapat, bahwa seluruh ordo semesta ini harus dicari hukum-hukumnya di dalam bilangan. Menurutnya bilanganlah yang menentukan hubungan - hubungan zat yang satu dengan yang lain. bukti yang ia berikan adalah nada-nada musik, contoh alat musik yang ia jelaskan adalah kecapi. Panjang senar kecapi mutlak menentukan tinggi-rendah nada bunyi senar. Dan selalulah begitu. Bila diselidiki terus, setiap perpanjangan atau perpendekan senar ternyata merupakan pentahapan siklus yang sama. Seperti : do-re-mi-fa-sol-la-si dan do lagi. Perbandingan panjang antara dua senar 3: 4 selalu merupakan keserasian nada-nada merdu yand disbut kuart. Perbandingan 2 : 3 kuint dan perbandingan 1 : 2 disebut oktaf. Dan itulah yang ada dalam penghayatan musik timbul banyaknya perbandingan bilangan-bilangan tertentu sehingga terdengar merdu. Senar dan alat rebab tetap materi yang sama. tetapi panjang pendek senar, alis bilangan yang campur tangan di senar rebab itulah yang mengubah nada-nada. Maka menurut Pythagoras : keselarasan ( harmoni) datang dari kesatuan sekian banyak bilangan unsur aneka rupa yang saling menyesuaikan diri.




















2. Heraklitos ( 540-475 SM ), tidak sependapat dengan Pythagoras. Hal-hal yang sama atau sesuai tidak menumbuhkan harmoni. Harmoni justru datang dari perlawanan ( kontras). contohnya : lengkung jembatan atau lengkung gelombang laut. Bususr melengkung ke atas dan melengkung ke bawah lagi. gelombang-gelombang lautan juga terdiri dari lengkung-lengkung gunung-gunung air dan kontrasnya, lengkung-lengkung lembah air. Cara berjalan kita yang selaras juga terdiri dari kaki satu yang kita suruh maju dan yang lain kita suruh terbelakang. Sisi kiri hanya punya arti bila ada sisi kanan. Hidup selaras berarti ada yang lahir dan ada yang mati. dan sebagainya. Ekspresi yang palin jelas adanya keserasian ialah kontras. Dengan kata lain : keserasian timbul oleh pancaran dua pola dari satu kenyataan yang teratur yang saling berlawanan. Bahkan ada pendpatnya yang lebih radikal yaitu: Ayah dari segala ada ialah perselisihan. Berkat perselisihan atau konflik ada sesuatu yang terjadi.



















Heraklitos

3. Empodokles, memperkaya gagasan-gagasan Heraklitos, dengan berkata bahwa perselisihan positif tadi harus diartikan perselisihan yang pada hakikatnya tarik menarik, jadi bukan sembarang perselisihan , tetapi perselisihan antara unsur-unsur yang dari kodratnya satu perkara. Menurut Empodokles , harmoni atau keselarasan bukan hanya akibat suatu susunan benda tertentu atau hasil karya seniman, tetapi benar-benar seperti pandanag orang india : suatu kekuasaan, energi yang dari dalam benda atau peristiwa memiliki kemampuan untuk menanpakkan benda-benda sehingga menjadi kenyataan. Di dalam pengertian banyak bangsa mengenai karya seni atau arsitektur, atau dalam arti lain dalam segala hal yang memiliki bentuk, apa lagi yang indah atau keramat kegunaanya, penghayatan mitologis masih sangat kentara. Namun hal ini dapat dihayati secara ontologis biasa, yakni yang disebut watak, karakter, kepribadian, daya citra, dan sebagainya. Arsitektur yang berkualitas selalu punya daya citra yang khas, memiliki kekuatan terhadap persepsi maupun citra rasa psikologis orang yang menghadapinya. Dan inilah sebenarnya tugas arsitek.



















Empedokles of Acragas

sumber: Wastu Citra, www.arcytech.org/java/pythagoras/history.html, www.clas.ufl.edu/.../GRPHIL/grphilosophy.htm, www.petermalakoff.com/character_and_fate.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar