Minggu, 15 November 2009

BIOGRAFI


Han Awal (lahir di Malang, Jawa Timur, 16 September 1930; umur 79 tahun) adalah seorang arsitek Indonesia.Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool di Delft, Belanda, ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari Keuskupan Malang.

KarenaIndonesia-Belanda terlibat sengketa Papua pada tahun 1956, Han terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. "Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ujarnya.

Prestasinya dalam merancang bangunan mendapatkanpenghargaan Internasional Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional. Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces) 1964-1972. Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR.


Han awal mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971, Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000 - Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang, 1990-2003, Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang, 1997-2004, dan Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI, 2003. Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memberi andil dalam berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.

Han sekarang lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan Budi Lim, arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. ( wikipedia.org )

Kritik deskriptif


Keindahan Wisma BNI 46

Kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi bangunan, ditambah dengan penemuan-penemuan dalam ilmu konstruksi dan struktur, sering menghasilkan bentuk-bentuk struktur yang cantik yang sangat mengagumkan. Biasanya unsur estetika sebuah bangunan muncul dari sosok, olahan tampak atau elemen bangunan, namun sekarang jika sebuah bangunan menerapkan struktur cantik, maka struktur tersebut dengan sendirinya sudah merupakan elemen estetika yang tampil secara dominan di dalam wajah bangunan. Suatu struktur cantik dalam skala besar bisa dilihat pada gedung bertingkat tinggi. Banyak gedung bertingkat tinggi yang menggunakan struktur bangunan menjadi sebuah elemen estetika. Contohnya, sekarang banyak kita jumpai bangunan-bangunan yang melakukan rias wajahnya dengan pemanfatan konstruksi cadar, yaitu elemen-elemen tampak bangunan yang berupa sunscreen/tabir matahari, atau konstruksi ringan penutup wajah bangunan, dan bisa disebut juga panil-panil luar yang menyelimuti badan bangunan yang bersangkutan.

Konstruksi-konstruksi tabir matahari atau sejenisnya , seringkali dirancang menjadi bagian dari tampak bangunan, dan adakalanya pula konstruksi tabir mathari ini sekaligus dipasang pada seluruh wajah bangunan yang bersangkutan sehingga menjadi eleman tampak yang sangat dominan. Sebagai contoh, Gedung Wisma BNI 46 Jakarta, bagian atas gedung ini memakai cadar berupa dinding kaca, sedangkan bagian bawahnya memakai cadar berupa jalur-jalur aluminium berbentuk bidang lengkung yang menutupi pembukaan-pembukaan jendelanya. Mungkin cadar ini dimanfaatkan sebagi elemen security bagi ruangan dalam yang berada dibaliknya, selain pemanfaatanya sebagai cadar terhadap sinar matahari yang berlebihan yang masuk ke dalam ruang interior tersebut.

Gedung Wisma BNI 46 ini adalah bangunan bertingkat tinggi, merupakan pencakar langit yang terlihat anggun dan kokoh dengan tinggi 250 m (hingga atap) berada di kompleks kota BNI, Jakarta Pusat. Menara perkantoran yang menjulang tinggi ini dirancang oleh Zeidler Roberts Patnership. Untuk menampilkan ekspresi gedung Wima 46 ini, sang arsitek mengambil konsep dari logo BNI itu sendiri yaitu sebuah perahu yang menantang ombak di lautan dan teryata dari ide itulah tercipta bentuk bangunan yang mencengangkan di Jakarta. Layar perahu dalam logo tersebut ditransformasikan menjadi bangunan menara yang mempesona. Bagian dasarnya diapit oleh dinding raksasa yang melengkung berupa cadar jalur-jalur alauminium, sedangkan bagian dalamnya berlapis kaca menerus menjulang menggapai langit.









Minggu, 08 November 2009


MARGO CITY

BANGUNAN INI TAMPIL DENGAN NILAI ESTETIS YANG TINGGI. ATAPNYA MENJULANG TINGGI MENJADI LANDMARK. DARI SEGI FOTOGRAFI ARSITEKTUR BANGUNAN INI SANGAT MEMBERI TAMPILAN YANG CANTIK.









PADA SAAT MALAM HARI, BANGUNAN INITERLIHAT LEBIH INDAH KARENA SOROTAN LAMPU DI SEKITARNYA.MARGO CITY ADALAH BANGUNAN YANG BERKATAKTERISTIK DAN MENJADI DAYA TARIK JUGA DALAM DUNIA FOTOGRAFI KHUSUSNYA FOTOGRAFI ARSITEKTUR.







PROSA MARGO CITY

MARGO CITY


TERENCANA APIK DARI SEBUAH GORESAN GARIS

TERKONSEP RAPI DENGAN BENTUK YANG ESTETIS

BERDIRI KOKOH MEMBENTUK WUJUD YANG SERASI

BEREKSPRESI BAHAGIA DENGAN PADUAN WARNA HARMONI

TERBENTUK KUAT DARI RANGKAIAN KONSTRUKSI

MARGO CITY MENJELMA MENJADI CITRA DIRI

SEBUAH PUISI MARGO CITY

MARGO CITY


HADIR SEBAGAI BENTUK MENJADI WUJUD YANG UTUH..

TAMPAK SEBAGAI BANGUNAN MENJADI SOSOK YANG KOKOH..

TAMPIL APIK DENGAN WARNA CERAH BERGAIRAH..

BERDIRI TEGAP DENGAN OLAHAN RANGKA YANG KUAT..

SEMUANYA BERJALAN HARMONI MEMBENTUK NAMA MARGO CITY ..

Jumat, 06 November 2009

Kritik normatif


MARGO CITY


Penampilan bangunan, baik dalam segi interior maupun eksterior selalu menghadirkan unsur keindahan. Adakalanya kesan estetis itu muncul dari bentuk bangunannya, ada juga yang terpancar dari olahan tampaknya. Keindahan suatu bangunan harus ditunjang dengan keberhasilan fungsi dan kekuatan strukturnya agar unsur -unsur arsitektur dapat terpenuhi dengan baik dan keharmonian dapat terwujud. Didalam arsitektur kita mengenal banyak sekali bentuk-bentuk. Seperti kata Paul Jacues Grillo, Arsitek dari Prancis yang terkenal: ALL ARCHITECTURE IS MADE OF FORMS, arsitektur diciptakan dari bentuk-bentuk.

Dalam kenyataanya kita melihat banyak sekali bangunan-bangunan yang dirancang dalam berbagai bentuk. Contohnya Margo City ini,

Sosok bangunan Margo City terdiri dari bentuk dasar persegi dan bentuk lingkaran pada bagian tengah yang sekaligus sebagi pusat bangunan. Bentuk persegi ini mugkin digunakan karena memungkinkan modifikasi dan pengembangan dalam pemanfaatannya sebagai sosok bangunan. Dan bentuk lingkaran pada bagian tengah memperkuat kesan astetis yang lembut dan utuh. Fungsi bangunan ini sudah memenuhi kriteria atau pengertian dari mall yaitu suatu area pergerakkan linear yang berintikan satu atau beberapa departement store besar sebagai daya tarik retail-retail kecil dan rumah makan, dengan tipologi bentuk toko yang menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang menjadi unsur utama dari mall. Konsep Margo City ini berupa Enclosed mall ( mall tertutup ) adalah mall dengan pelingkup. Keuntungan dari bentuk ini terpenuhi secara climatic control.

Sebagai bangunan dengan konsep mall Margo City bukan hanya hadir sebagai tempat shopping, tetapi juga menyediakan fasilitas olahraga pada area luar bangunan ini yang bisa memberikan oase ditengah hiruk pikuk kegiatan masayrakat kota Depok ini. Tidak hanya keberhasilan fungsi yang tercapai tetapi unsur estetika juga terpenuhi dengan baik. Olahan warna pada bangunan ini memberikan unsur estetis yang kuat. Warna orange tampak dominan pada sosok bangunan memberikan kesan bergairah dan bahagia.Warna putih pada bagian atap memberikan kesan kemurnian, kebersihan dan sekaligus mempertegas bentuk atap tersebut sebagai vokal point dari Margo City ini. Dengan terpenuhinya fungsi, kekuatan dan estetika Tidak salah jika Margo City nantinya menjadi landmark di kota Depok.